IMPLEMENTING A PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM
Preparation:
Communication, Appeals
Process, Training Programs, and Pilot Testing
Implementasi dari sebuah sistem yang sukses memerlukan
pemahaman yang jelas tentang bagaimana system itu bekerja dan tentang manfaat
dari berbagai perspektif yang berbeda. Atau dengan kata lain kesuksesan
implementasi memerlukan dukungan dan pengakuan dari organisasi. Itu berarti
bahwa setiap bagian atau unit dari organisasi memerlukan individu-individu yang
memiliki pengetahuan dan dukungan terhadap system tersebut. Sebelum sebuah
sistem diluncurkan, maka harus terlebih dahulu mengimplementasikan communication plan. Sebagai bagian dari preparation, sebelum sistemnya
diluncurkan, raters dilatih terlebih
dahulu untuk mengobservasi dan mengevaluasi kinerja serta untuk memberikan feedback. Baru kemudian sistem diuji
coba dan diluncurkan. Dengan demikian setelah system diuji coba dan diluncurkan
kita dapat mengetahui apa saja yang didapat dari uji coba system tersebut untuk
dievaluasi kembali system yang telah dilakukan benar ata adanya kesalahan dan
apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki system tersebut agar lebih baik.
Communication Plan
Pada organisasi suatu communication plan sangat penting
keberedaannya, karena dalam communication plan bertujuan agar organisasi dapat
lebih mengetahui informasi dan pengetahuan bagi karyawannya yang bertujuan
utamanya untuk mendapatkan dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam sebuah
system.
Suatu rencana komunikasi yang baik harus dapat menjawab pertanyaan
seperti berikut:
1.
Apakah manajemen kinerja?
Untuk menjawab suatu
pertanyaan tersebut harus memiliki informasi yang jelas terhadap management
performance dan bagaimana performance management system diimplementasikan di
organisasi dan apa tujuan dari performance management system tersebut.
2.
Apakah kinerja manajemen cocok
dalam strategi kita?
Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita harus menyediakan informasi tentang hubungan performance
management dengan strategic planning.
3.
Apa keuuntung yang didapat bagi
saya?
Suatu rencana komunikasi yang baik menggambarkan manfaat
menerapkan management kinerja pada hubungan
antara manajemen kinerja
untuk semua yang
terlibat.
Suatu rencana komunikasi yang baik menggambarkan manfaat
menerapkan management kinerja pada hubungan
antara manajemen kinerja
untuk semua yang
terlibat.
4.
Bagaimana cara bekerjanya?
Untuk
menjawab pertanyaan ini memerlukan deskripsi yang detail dari performance
management process dan time line.
5.
Apa tanggung jawab saya?
6.
Communication plan seharusnya memuat
informasi tentang hubungan antara PM dengan initiatives dan sistem lainnya
seperti pelatihan, promosi dan succession
planning.
Ada 3 bias yang mempengaruhi communication plan yaitu :
v Persepsi Seleksi
kecenderungan untuk mengungkapkan pikiran kita hanya untuk ide-ide yang telah
kita setujui.
v Persepsi selektif adalah
kecenderungan untuk melihat sepotong informasi sebagai makna apa yang kita
ingin itu berarti meskipun informasi, sebagaimana dimaksud dalam communicator,
mungkin berarti sebaliknya.
v Retensi selektif
kecenderungan untuk mengingat hanya potongan informasi yang kita kita setujui.
Ada beberapa
cara untuk meminimalkan dampak negatif dari bias, mempertimbangkan sebagai berikut:
v Involve Employee
libatkan karyawan dalam membuat sistem dan support apa yang mereka buat.
v Understand employee needs
mengerti kebutuhan employee
dan mengidentifikasi bagaimana cara agar kebutuhan dapat bertemu dengan PM.
v Strike first
menciptakan sikap yang positif
dari PMS sebelum sikap rumor negatif
diciptakan.
v Provide facts and consequences
memberikan fakta tentang
sistem dan maksud dari sistem tersebut serta apa konsekuensinya.
v Put it in writing
komunikasi yang tertulis lebih
meyakinkan dan dapat dipercaya daripada komunikasi secara lisan. Buat
dokumentasi yang tersedia secara online yang menggambarkan sistemnya.
v Use multiple channels of communication
menggunakan metode komunikasi yang beragam seperti
rapat, e-mail, paper communication.
v Use credible communicators
gunakan sumber yang meyakinkan untuk mengkomunikasikan
PMS.
v Say it then say it again
ulang informasi secara berulang-ulang agar karyawan
dapat menyerap informasi tersebut.
Appeals
Process
Appeals process penting dalam memperoleh penerimaan
karyawan untuk PMS karena membuat karyawan mengerti bahwa ada ketidaksetujuan
dari performance rating yang kemudian diselesaikan dengan cara yang baik dan
tidak bersifat pembalasan. Ketika appeals process dilakukan, karyawan harus
mempunyai kemampuan dalam menjawab 2 pertanyaan yaitu judgemental (yang
berhubungan dengan keadidan performance evaluation) dan administrative (Masalah
yang berhubungan dengan kebijakan dan prosedur). Ketika permohonan(Appeals)
diisi pertama kali, HR department berlaku sebagai mediator antara karyawan dan
Supervisor. Appeals yang dikirim ke HR department dinamakan Level 1 atau Level
A appeal. HR Department berada dalam posisi yang baik untuk menjudge ketika
kebijakan dan prosedur diimplementasikan dengan baik dan juga merupakan
informasi yang baik tentang pekerjaan yang bervariasi, level dari kinerja yang
diharapkan, dan level dari performance karyawan lainnya yang berada di dalam
unit atau organisasi. Jika supervisor tidak percaya corrective action dapat
dilakukan dan permohonan dilanjutkan, maka arbitrator membuat keputusan yang
bersifat final dan mengikat, yang disebut sebagai Level 2 atau Level B appeal.
Arbitrator membuat panel yang terdiri dari peers dan managers yang mereview
tentang case tersebut dan setelah itu voting untuk membuat keputusan.
Training
Programs for Acqusition of Required Skills
Training raters adalah step lainnya yang diperlukan dalam menyediakan peluncuran
PMS. Training tidak hanya menyediakan partisipan dalam PMS dengan keahlian yang
diperlukan dan alat untuk mengimplementasikan pekerjaan, tetapi training juga
membantu meningkatkan kepuasan dari system tersebut.
Program pelatihan yang dimasukan dalam penilaian adalah:
·
Alasan untuk menerapkan manajemen kinerja.
·
Informasi tentang formulir penilaian dan mekanik
sistem.
·
Bagaimana
mengidentifikasi dan peringkat kegiatan pekerjaan.
·
Bagaimana mengamati, merekam, dan mengukur kinerja.
·
Bagaimana meminimalkan kesalahan
rating.
·
Bagaimana melakukan wawancara penilaian
·
Bagaimana melatih, nasihat, dan pelatihan.
Rater Error Training (RET)
RET bertujuan untuk membuat
rater sadar akan rating error yang sering dibuat dan membantu mereka
mengembangkan strategi untuk meminimalkan error. RET Program juga meliputi
definisi dari typical error dan penyebab terjadinya error tersebut. Beberapa
program mengajak trainee nya untuk melihat contoh dari error yang umum,
mereview suggestion dan bagaimana untuk mencegah terjadinya error.
Kesalahan ini adalah :
·
Mirip dengan saya. Kesamaan menyebabkan daya tarik, jadi kita cenderung
memilih mereka yang mirip dengan kita.
·
Kontras kesalahan. Kontras kesalahan terjadi ketika bahkan ketika sistem
pengukuran mutlak di tempat.
·
Kelonggaran kesalahan. Kelonggaran kesalahan terjadi ketika penilai
memberikan rating tinggi untuk sebagian besar karyawan atau semua. Dengan kata
lain kelonggaran melibatkan inflasi rating buatan.
·
Keseriusan kesalahan. Keseriusan kesalahan terjadi ketika penilai
memberikan penilaian rendah untuk sebagian besar karyawan atau semua.
·
Kecenderungan kesalahan Tengah. tendensi sentral kesalahan terjadi ketika
penilai hanya menggunakan titik tengah pada skala rating dan menghindari
penggunaan ekstrem.
·
Halo kesalahan. Halo kesalahan terjadi ketika penilai gagal untuk
membedakan antara aspek yang berbeda dari kinerja yang dinilai.
·
Keutamaan kesalahan. Keutamaan kesalahan terjadi ketika evaluasi kinerja
sangat dipengaruhi terutama oleh informasi yang dikumpulkan selama fase awal
periode review.
Frame of
Reference Training (FOR)
BO training adalah salah satu tipe dari program
pelaksanaan untuk meminimasi ketidaksengajaan rating errors. BO berfokus pada
raters observe, store (penyimpanan), recall, dan menggunakkan informasi dari
performance. BO training membantu memperbaiki skill pengukuran performance bagi
para trainer.
Contoh BO training adalah cara penggunaan observational
aids seperti buku yang dapat membantu mengingatkan perkembangan kinerja
karyawan telah berkembang atau tidak. Orang kanada telah menemukan bahwa dengan
menggabungkan FOR dan BO training akan mendapatkan hasil kerja yang
terbaik
FOR training adalah sesi penting dimana behavioral diobservasi
dilihat kesalahannya, menghindari behavioral observation error seperti
impression, stereotypes, dan hallo effect. Pada akhirnya para partisipan
dilatih untuk pentingnya menyimpan catatan perilaku mereka pada subordinate
mereka di periode tertentu.
Self-Leadership
Training (SL)
Tujuan dari SL
training adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri para rater dalam
kemampuannya untuk mengatur kinerja. SL training techniques adalah positive
self talk, mental imagery, positive beliefs dan pola berfikir.
Langkah-langkah dalam SL
Training adalah:
1. Mengobservasi dan
mengumpulkan pendapat-pendapat yang ada mengenai self talk, mental cara
berfikir setiap pertisipan.
2.
Analisis hasil obesevasi tsb secara
fungsional dan terkonstruksi
3.
Indentifikasi asumsi-asumsi yang ada dari
analisis yang telah dilakukan
4.
Substitusikan pemikiran-pemikiran
fungsional lainnya dalam situasi nyata.
5. Tetap terus memonitor dan
memelihara belief, self-verbalization, dan mental images disetiap waktu.
Pilot testing
Sebelum PMS dilaksanakan secara formal, hal yang paling
baik adalah mencobanya dahulu sehingga PMS tsb dapat digunakan sebagaimana yang
dibutuhkan. Pilot testing membantu kita mendapatkan informasi perspektif dari si pemakai sistem dan sebaik
apa sistem itu bekerja, mempelajari kesulitan dan hambatan, serta reaksi
seseorang apabila dilakukan test pengukuran.
Ongoing Monitoring and Evaluation
Ketika periode testing telah selesai dan PMS dilaksanakan secara
formal, sangatlah penting menggunakan pengukuran yang jelas untuk memonitor dan
mengevaluasi sistem. Dalam mengambilan keputusan harus mempertimbangkan soal:
bagaimana mengevaluasi system secara efektif, bagaimana mengevaluasi secara
menyeluruh system yang telah dilaksanakan karena system tersebut menghasilkan
hasil yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Beberapa pengukuran yang dapat digunakkan untuk memonitor dan mengevaluasi system:
a) Number of individual
evaluated
Yang paling dasar dari pengukuran adalah jumlah karyawan
yang sebernarnya berpartisipasi dalam system.
b) Distribution of performance
ratings
Angka dari pengukuran haruslah
pas, tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Karena dengan adanya
penyimpangan tersebut dapat menyebabkan distrorsi
dalam penilaian performance.
c) Quality of information
Informasi
yang disediakan pada awal dan akhir form.
d) Quality of performance
discussion meeting
Hasil survey
dapat didistribusikan terhadap semua karyawan yang ikut berpartisipasi dalam sistem.
Dari situ kita bisa
mendapatkan feedback yang berguna untuk evaluasi PMS yang telah di
implementasikan.
e) System satisfaction
Keadilan, keakuratan, dan kegunaan dari PMS yang telah
diimplementasikan telah disepakati oleh semua parstisipan.
f)
Overall cost / benefit ratio
Semua partisipan me-rate overall cost VS benefit ratio dari PMS. Biasanya berupa pertanyaan
kuisioner.
g) Unit-level and
organization-level performance
co: customer satsifaction yang menilai unit level yang melayaninya